Trump ragukan perdamaian Timur Tengah dan menuding Palestina

Trump ragukan perdamaian Timur Tengah dan menuding Palestina
Trump, Netanyahu, Israel, Amerika Serikat Hak atas foto AFP Image caption PM Israel, Benjamin Netanyahu (kiri), bersama Presiden Donald Trump (kanan) saat memberi keterangan kepada pers di Davos.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, meragukan perundingan damai Israel-Palestina akan berlangsung kembali dengan menyalahkan Palestina.

Dia mengatakan Palestina sudah 'tidak menghormati' Amerika Serikat menyusul keputusan kontroversialnya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Hormat harus diperlihatkan kepada Amerika Serikat atau kita tidak akan melangkah lebih lanjut," katanya kepada para wartawan di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Kamis (25/01).

Palestina mengatakan Amerika Serikat tidak bisa lagi dipertimbangkan sebagai 'penengah yang netral' dan Presiden Mahmoud Abbas menyebut pernyataan Trump tentang Yerusalem pada Desember lalu tersebut sebagai 'tamparan abad ini'.

Donald Trump: Yerusalem adalah ibu kota Israel Suara Indonesia dukung Resolusi PBB tolak sikap AS atas Yerusalem Menlu Palestina batal ke Jakarta gara-gara kabar Trump akan pindahkan Kedubes AS ke Yerusalem Kenapa bersengketa soal Yerusalem?

Duduk bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Trump kukuh dengan keputusannya yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Israel selalu mendukung Amerika Seerikat jadi yang saya lakukan dengan Yerusalem adalah penghormatan dari saya."

Hak atas foto AFP Image caption Palestina mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Dia mengulang kembali pandangan bahwa dengan 'mengeluarkan Yerusalam dari meja (perundingan)... kita tidak berbicara tentang itu lagi' bisa membuat langkah maju ke proses perdamaian.

Status Yerusalem merupakan inti dari konflik Israel-Palestina.

Israel menganggap Yerusalem sebagai ibu kota 'abadi dan tidak dipisah' sementara Palestina menuntut Yerusalem Timur -yang direbut Israel dalam Perang 1967- menjadi ibu kota dari negara masa depan mereka.

Keputusan Trump pada Desember tahun lalu memutus kebijakan netralitas yang diambil Amerika Serikat selama beberapa dekade dan juga ke luar dari sikap bersama komunitas internasional.

Kenapa Palestina dituding bersalah?

Presiden Trump menuduh kepempimnan Palestina tidak terhormat, khususnya ketika mereka tidak mau bertemu dengan Wakil Presiden, Mike Pence, yang berkunjung ke kawasan pada awal pekan ini.

Dia jugamengatakan tetap pada keputusannya baru-baru ini untuk menahan setengah lebih dari pembayaran US$125 juta untuk badan PBB yang membantu Palestina.

Keputusan itu disebut Palestina sebagai pemerasan.

Hak atas foto AFP Image caption Penyaluran bantuan pangan dari Badan PBB untuk Palestina di Rafah di Jalur Gaza.

"Kami memberi mereka (Palestina) ratusan juta dollar setiap tahunnya, itu jelas, dan kenapa kami melakukan sesuatu untuk mereka ketika mereka tidak melakukan apapun untuk kami?" gugat Trump.

"Saya beritahu Anda bahwa Israel ingin membuat perdamaian dan mereka (Palestina) akan harus ingin membuat perdamaian juga atau kita tidak ada urusan lagi dengan itu."

Menurut Presiden Trump, pemerintahannya punya 'usulan perdamaian' yang merupakan 'usulan yang hebat untuk Palestina' dan memberi isyarat Israel siap memberi sejumlah konsesi.

"Anda menang satu angka," katanya kepada Netanyahu, merujuk Yerusalem, "dan Anda memberi beberapa angka nanti saat perundingan, jika memang itu terjadi -Saya tidak tahu apakah itu akan pernah berlangsung."

Putaran terakhir dari perundigan antara kedua belah pihak yang 'hidup mati' itu berlangsung pada April 2014 lalu.

Apa kata Palestina?

Dalam pertemuan PBB di New York, tak lama setelah keputusan Trump terkait Yerusalem, Duta Besar Palestina, Riyad Mansour, mengatakan penolakan atas pengakuan Washington itu tidak dimaksudkan sebagai 'tidak menghormati' namun lebih merupakah 'posisi yang mengakar pada penghormatan penuh atas hukum, demi prinsip keadilan dan kesetaraan'.

Sementara Presiden Otorita Palestina, Mahmoud Abbas, mengatakan tidak akan menerima rencana perdamaian apapun yang diusulkan Amerika Serikat.

Hak atas foto AFP Image caption Warga Palestina megungkapkan kemarahan atas keputusan Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Di sebuah pertemuan para pemimpin Palestina awal bulan ini, dia mengatakan, "Kesepakatan abad ini adalah tamparan abad ini dan kami tidak akan menerimanya."

Abbas mengatakan bahwa Palestinya mendapat tawaran sebuah kampung, Abu Dis di luar Yerusalem, sebagai ibu kota negara Palestina masa depan.

Apa kata Israel?

Perdana Menteri Netanyahu memuja Presiden Trump terkait keputusan menyatakan Yerusalam sebagai ibu kota Israel.

"Dengan mengakui sejarah, Anda sudah membuat sejarah, dan kami akan selalu mengingatnya," katanya kepada Presiden Trump.

Belakangan dalam sebuah pertemuan di Davos dia menyatakan bahwa 'berdasarkan kesepakatan damai apapun, ibu kota Israel akan tetap di Yerusalem'.

Netanyahu menambahkan, "Palestina seharusnya punya semua kekuatan untuk memerintah mereka sendiri namun bukan kekuatan untuk mengancam kami."

"Dalam setiap pengaturan politik, Yahudi harus memegang kendali keamanan di kawasan karena kalau tidak Anda akan mendapatkan (ISIS)... Kita punya keping-keping negara gagal di Timur Tengah dan kami tidak ingin ada satu lagi."

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.