Bom bunuh diri di kantor pendaftaran pemilih Afghanistan, sedikitnya 57 tewas

Bom bunuh diri di kantor pendaftaran pemilih Afghanistan, sedikitnya 57 tewas
Kabul, Afghanistan, Hak atas foto EPA Image caption Bom meledak ketika orang-orang sedang antri di kantor pendaftaran pemilik di sebelah barat Kabul.

Bom bunuh diri di satu kantor pendaftaran pemilih di ibu kota Afghanistan, Kabul, menewaskan 57 orang, termasuk lima anak-anak.

Orang-orang sedang antri, Minggu (22/04), ketika bom meledak dan kelompok militan yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Pendaftaran pemilih dimulai bulan ini untuk pemilihan umum legislatif yang akan digelar Oktober mendatang.

Bom bunuh diri di Kabul Afghanistan, 95 orang tewas Sekelompok orang serbu lembaga amal Save the Children di Afghanistan Kabul dilanda serangan lagi, Jokowi bersikeras berkunjung

Sebanyak 21 perempuan termasuk dalam korban yang tewas sementara 100 lebih menderita cedera.

ISIS menyatakan bahwa pengebom bunuh diri dengan sabuk yang berisi bahan peledak menyerang pusat pendaftaran di Dashte Barchi, kawasan sebelah barat Kabul.

Hak atas foto AFP Image caption Lebih dari 100 orang cedera akibat bom bunuh diri yang diklaim dilakukan oleh ISIS.Kesaksian korban cedera

Kawasan sasaran serangan merupakan tempat tinggal umat Syiah, yang sering menjadi sasaran ISIS selama ini.

Korban anak-anak yang tewas sedang bersama orang tuanya yang antri untuk mendaftar ikut pemilu ketika bom meledak. Laporan-laporan menyebutkan bom juga merusak beberapa mobil di sekitarnya.

Hak atas foto EPA Image caption Foto calon pemilih dan formulir pendaftaran berserakan dengan tumpahan darah.

"Saya menemukan tubuh saya penuh darah, dengan orang bermatian, perempuan maupun anak-anak, di sekitar saya," kata Rasuli, yang dirawat di rumah sakit karena cedera, kepada kantor berita AFP

"Mereka semua ingin memberikan suara."

Foto ukuran paspor dan formulir pendaftaran terlihat berserakan bersama pecahan kacah dan tumpahan darah.

Hak atas foto AFP Image caption Banyak yang kehilangan anggota keluarga maupun belum mengetahui nasibnya.

Seorang pria yang cedera di tempat tidur rumah sakit mengungkapkan kehilangan putrinya sambil menangis. "Saya tidak tahu di mana putri saya. Terkutuklah penyerangnya!" katanya kepada stasiun TV Afghanistan, Ariana.

Stasiun TV itu juga melaporkan sejumlah warga yang marah dengan memekik 'Matilah pemerintah!' sementara sebelumnya ISIS menyatakan bertanggung jawab dengan menyatakan 'Matilah Taliban!'.

Upaya provokasi

Sepekan belakangan ini, terjadi empat serangan atas pusat pendaftaran pemilih.

Pemilihan legislatif akan digelar Oktober 2018, yang akan disusul dengan pemilihan presiden pada tahun 2019.

Penelitian BBC awal tahun ini menemukan bahwa pemerintah pusat di Kabul hanya menguasai sekitar 30% Afghanistan sedang selebihnya berada di bawah ancaman serius dari Taliban, dan -dalam tingkat yang lebih lemah- juga dari ISIS.

Menteri Dalam Negeri Afghanistan beberapa waktu lalu mengatakan baik Taliban maupun ISIS sengaja menyerang warga sipil untuk memprovokasi rakyat agar melawan pemerintah dan sekaligus menciptakan kekacauan.

Serangan terbaru ini merupakan yang paling mematikan di Kabul sejak serangan atas gedung pemerintah dan kedutaan besar negara asing pada Januari 2018, yang menewaskan sedikitnya 100 orang.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.