Perkiraan awal Pilpres Rusia, Presiden Putin menang 73,9%

Perkiraan awal Pilpres Rusia, Presiden Putin menang 73,9%
Rusia, Putin Hak atas foto Getty Images Image caption Vladimir Putin sudah memerintah Rusia selama hampir 20 tahun, sebagai presiden maupun perdana menteri, dan akan menjabat untuk enam tahun lagi.

Presiden Vladimir Putin dipastikan akan kembali memimpin Rusia untuk masa enam tahun ke depan hingga tahun 2018, walau hasil akhir belum diumumkan.

Perkiraan awal Komisi Pemilihan Umum Rusia memperlihatkan dia meraih 73,9% suara, yang memperlihatkan dia tidak menghadapi perlawanan ketat, sesuai dengan perkiraan sebelumnya.

Perolehan suaranya dalam pemilihan presiden Minggu (18/03) tersebut meningkat dibanding pada tahun 2012 lalu, ketika dia menang dengan perolehan 64% suara.

Balas Inggris, Rusia usir 23 diplomat Inggris dari Moskow Rusia melakukan 'uji coba penembakan rudal hipersonik Kinzhal' Pemerintah Rusia akan memblokir LinkedIn

Bersaing dengan tujuh calon lainnya, Putin -seperti diperkirakan oleh banyak pihak- tidak akan mendapat perlawanan serius untuk menduduki kembali kursi presiden selama enam tahun mendatang,

Bagaimanapun Putin memerlukan tingkat partisipasi pemilih yang tinggi untuk memperkuat legitimasinya sebagai pemimpin, di tengah-tengah ancaman semakin terisolasinya Rusia akibat sanksi baru Amerika Serikat dan tuduhan keterlibatan Moskow dalam upaya pembunuhan mantan agen Rusia di Inggris.

Hak atas foto EPA Image caption Vladimir Putin diperkirakan banyak pihak tidak akan menghadapi kesulitan untuk kembali menjabat presiden Rusia hingga 2024 mendatang.

Saat memberikan suara di ibu kota Moskow, Minggu (18/03), dia mengatakan hasil yang memberinya 'hak untuk melaksanakan tugas sebagai presiden' merupakan sebuah kesuksesan.

"Saya yakin program yang saya tawarkan adalah yang benar," ujar pria yang sudah menjadi pemimpin terlama Rusia sejak Stalin dulu.

Saingan Putin antara lain adalah seorang jutawan, Pavel Grudinin, mantan pembawa acara TV, Ksenia Sobchak, dan politisi beraliran nasionalis yang terkenal, Vladimir Zhirinovsky.

Hak atas foto AFP Image caption Warga Chechnya, yang mayoritas beragama Islam, memberikan suara di salah satu TPS di pinggiran kota Grozny,

Namun pemimpin oposisi utama, Alexei Navalny, dilarang ikut pemilihan karena terbukti terlibat penipuan, yang menurut Navalny bermotif politik.

Dia menyerukan aksi boikot dan mengerahkan ribuan pendukungnya untuk mengamati tempat-tempat pemungutan suara guna mengawasi kemungkingan kecurangan.

Vladimir Putin, yang kini berusia 65 tahun, menjadi pemimpin Rusia yang dominan sejak tahun 1999, baik sebagai presiden maupun perdana menteri.

_____________________________________________________________________

Lahir 7 Oktober 1952 di Leningrad (kini St Petersburg). Kuliah di fakultas hukum dan setelah tamat bergabung dengan dinas rahasia KGB. Menjadi mata-mata di negara komunis Jerman Timur. Tahun 1990-an menjabat kepala staf walikota St Petersburg, Anatoly Sobchak, yang pernah mengajar hukum kepadanya. Bergabung ke kantor Presiden Boris Yeltsin tahun 1997 dan diangkat menjadi Kepala Dinas Keamanan Federal, FSB (penerus KGB). Menjadi perdana menteri Agustus 1999. 31 Desember menjadi penjabat presiden setelah Yeltsin mengundurkan diri. Menang Pilpres pada Maret 2000. Terpillih kembali untuk masa jabatan kedua, 2004. Konstitusi melarangnya jadi presiden untuk tiga periode berturut-turut dan diapun menjabat perdana menteri. Menang untuk masa jabatan presiden ketiga tahun 2012

_____________________________________________________________________

Pemilihan presiden Rusia ini berlangsung di tengah-tengah sengketa diplomatik antara Inggris dan Rusia terkait upaya pembunuhan seorang mantan mata-mata Rusia dan putrinya di tangan Inggris.

Pemerintah Inggris menyimpulkan negara Rusia terlibat dalam upaya pembunuhan Sergei Skripal, yang berusia 66 tahun, dan putrinya, Yulia, 33 tahun, dengan menggunakan gas saraf pada 4 Maret lalu.

Keduanya hingga kini masih dalam keadaan kritis.

Hak atas foto EPA Image caption Partisipasi pemilih yang tinggi akan meningkatkan legitimasi kepemimpinan Putin.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May, kemudian mengambil tindakan dengan memulangkan 23 diplomat Rusia, yang membalasnya dengan juga mengusir 23 diplomat Inggris.

Sementara Amerika Serikat beberapa waktu lalu menjatuhkan serangkaian sanksi baru atas Rusia, yang antara lain dituduh campur tangan dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016 lalu.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.