Ujicoba Radar Baru Weibel
✈️ Pesawat Singapura Terpantau✈️ Radar Weibel MR2 - primary radar Satradar 215 TNI AU [RRI]
Radar baru Weibel MR2 di Satradar TNI AU 215 Congot di Jangkaran, Temon, Kulonprogo dilakukan ujicoba, Selasa (1/8). Dalam ujicoba yang disaksikan oleh Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas), Marsda TNI Yuyu Sutisna tersebut, radar berfungsi baik. Bahkan berhasil memantau pesawat Singapura yang lewat.
Marsda TNI Yuyu Sutisna mengatakan, ujicoba sudah mulai dilakukan sejak seminggu lalu. Ada pun ujicoba Selasa (1/8), dilakukan dengan menuntun atau meng-guide pesawat tempur yang diterbangkan dari Lanud Iswahyudi, Magetan. Pesawat tersebut terbang sampai sejauh 150 naute mil ke selatan dan ternyata penangkapan radar baru tersebut masih bagus.
“Dua kali kami lakukan, pagi tadi dan siang ini. Hasilnya cukup memuaskan,” kata Marsda TNI Yuyu Sutisna.
Bahkan dalam ujicoba itu, juga berhasil memantau pesawat Singapura yang lewat.
“Tadi waktu ujicoba, di selatan ada tiga tadi pesawat Singapore lewat menuju Australia, semua bisa terpantau dengan baik,” ungkapnya.
Marsda TNI Yuyu Sutisna memaparkan, sejalan dengan pembangunan bandara internasional di Kulonprogo, Kepala Staf Angkatan Udara atas izin Panglima TNI memberikan kebijakan untuk mengganti radar lama yang ada di Satradar Congot. Radar yang lama merupakan buatan tahun 1960-an, sehingga sudah tidak begitu efektif.
“Pada intinya TNI Angkatan Udara siap memback-up dengan pembangunan bandara di Kulonprogo ini untuk mengawasi ruang udaranya,” tuturnya.
Radar MSSR 2000 - secondary radar Satradar 215 TNI AU [RRI]
Radar baru juga digunakan untuk pemantauan sekolah penerbang, sekolah instruktur penerbang, serta sekolah navigator yang ada di Lanud Adisutjipto Yogyakarta, untuk melihat situasi ruang udara latihan mereka. Radar baru bahkan juga bisa mengcover tiga per empat daerah latihan Lanud Iswahyudi dan 50 persen daerah latihan Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang.
“Kota-kota jelas, Semarang, Jogja, Bandung wilayah selatan, Cirebon ke selatan semua bisa tercover dari sini. Sejauh dari sini 240 nautical mill atau kurang lebih 450 km dari titik ini kami bisa memantau,” paparnya.
Terkait kerawanan infiltrasi di wilayah selatan Jawa, Yuyu Sutisna menambahkan, pihaknya melakukan antisipasi. Karena wilayah selatan merupakan perairan terbuka dan sering juga kapal induk lewat, serta kapal-kapal dagang yang membawa helicopter.
“Kami melakukan pengawasan seperti itu di wilayah selatan ini. Tapi kita tahu, wilayah selatan ini terbuka, kita harus betul-betul antisipasi adanya infiltrasi dan sebagainya, sejauh ini belum ada,” imbuhnya.
Di wilayah Jawa sendiri ada tiga radar, yakni di Pelabuhan Ratu, di Satradar Congot, serta di Ngliyep di selatan Malang.
Sebelumnya, Komandan Satradar TNI AU 215 Congot, Mayor Lek Joko Dwi Maryanto mengatakan, keberadaan radar baru tersebut sangat penting untuk pertahanan udara dan mengamankan perbatasan laut mau pun udara. Apalagi Indonesia di sisi selatan berbatasan dengan Australia. Radar tersebut bisa mendeteksi infiltrasi atau pesawat yang dengan sengaja terbang melewati batas wilayah udara NKRI dengan mematikan transponder.
Radar baru Weibel MR2 di Satradar TNI AU 215 Congot di Jangkaran, Temon, Kulonprogo dilakukan ujicoba, Selasa (1/8). Dalam ujicoba yang disaksikan oleh Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas), Marsda TNI Yuyu Sutisna tersebut, radar berfungsi baik. Bahkan berhasil memantau pesawat Singapura yang lewat.
Marsda TNI Yuyu Sutisna mengatakan, ujicoba sudah mulai dilakukan sejak seminggu lalu. Ada pun ujicoba Selasa (1/8), dilakukan dengan menuntun atau meng-guide pesawat tempur yang diterbangkan dari Lanud Iswahyudi, Magetan. Pesawat tersebut terbang sampai sejauh 150 naute mil ke selatan dan ternyata penangkapan radar baru tersebut masih bagus.
“Dua kali kami lakukan, pagi tadi dan siang ini. Hasilnya cukup memuaskan,” kata Marsda TNI Yuyu Sutisna.
Bahkan dalam ujicoba itu, juga berhasil memantau pesawat Singapura yang lewat.
“Tadi waktu ujicoba, di selatan ada tiga tadi pesawat Singapore lewat menuju Australia, semua bisa terpantau dengan baik,” ungkapnya.
Marsda TNI Yuyu Sutisna memaparkan, sejalan dengan pembangunan bandara internasional di Kulonprogo, Kepala Staf Angkatan Udara atas izin Panglima TNI memberikan kebijakan untuk mengganti radar lama yang ada di Satradar Congot. Radar yang lama merupakan buatan tahun 1960-an, sehingga sudah tidak begitu efektif.
“Pada intinya TNI Angkatan Udara siap memback-up dengan pembangunan bandara di Kulonprogo ini untuk mengawasi ruang udaranya,” tuturnya.
Radar MSSR 2000 - secondary radar Satradar 215 TNI AU [RRI]
Radar baru juga digunakan untuk pemantauan sekolah penerbang, sekolah instruktur penerbang, serta sekolah navigator yang ada di Lanud Adisutjipto Yogyakarta, untuk melihat situasi ruang udara latihan mereka. Radar baru bahkan juga bisa mengcover tiga per empat daerah latihan Lanud Iswahyudi dan 50 persen daerah latihan Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang.
“Kota-kota jelas, Semarang, Jogja, Bandung wilayah selatan, Cirebon ke selatan semua bisa tercover dari sini. Sejauh dari sini 240 nautical mill atau kurang lebih 450 km dari titik ini kami bisa memantau,” paparnya.
Terkait kerawanan infiltrasi di wilayah selatan Jawa, Yuyu Sutisna menambahkan, pihaknya melakukan antisipasi. Karena wilayah selatan merupakan perairan terbuka dan sering juga kapal induk lewat, serta kapal-kapal dagang yang membawa helicopter.
“Kami melakukan pengawasan seperti itu di wilayah selatan ini. Tapi kita tahu, wilayah selatan ini terbuka, kita harus betul-betul antisipasi adanya infiltrasi dan sebagainya, sejauh ini belum ada,” imbuhnya.
Di wilayah Jawa sendiri ada tiga radar, yakni di Pelabuhan Ratu, di Satradar Congot, serta di Ngliyep di selatan Malang.
Sebelumnya, Komandan Satradar TNI AU 215 Congot, Mayor Lek Joko Dwi Maryanto mengatakan, keberadaan radar baru tersebut sangat penting untuk pertahanan udara dan mengamankan perbatasan laut mau pun udara. Apalagi Indonesia di sisi selatan berbatasan dengan Australia. Radar tersebut bisa mendeteksi infiltrasi atau pesawat yang dengan sengaja terbang melewati batas wilayah udara NKRI dengan mematikan transponder.
Post a Comment